I Disguise For My Own Life Chapter 1

haihai.... apa kabar semuanya? (krik...krik...)
gue baru banget nyelesain part 1 ini. maaf ya, karena banyak hal yang terjadi dibulan agustus ini sehingga gue baru nge-publish . gue bener-bener minta maaf
oke tanpa berbasa-basi lagi, ini dia

.
.
.


Chapter 1 : kelam dan jujurnya sang malam

Langit malam yang kelam… kelamnya malam memang sangat indah namun dapat menutupi langit dengan warnanya yang kelam. Mungkin aku memang bukan seperti malam yang sangat jujur, karena aku selalu memakai topeng kegembiraan. Ya, topeng itu sebelumnya tidak ada dalam kehidupanku. Namun semua berubah pada sore itu…

Flashback

Aku terlahir dari keluarga yang sangat mencintaiku. Aku mempunyai ayah yang baik dan tegas, ibu yang sangat penyayang dan penyabar, dan satu kakak yang selalu melindungiku dan menemaniku disaat aku berada dalam kesusahan. Kami berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi diatas rata-rata tapi tidak sama sekali mau memamerkannya kepada orang banyak. Suatu sore, kuingat dengan jelas sore itu matahari sedang tenggelam dengan indahnya dan umurku saat itu 10 tahun, teman ayahku yang merupakan rekan kerja ayah yang baik kepadaku bertamu kerumah kami. Yang kubingungkan adalah kenapa teman ayah itu membawa banyak pengawal dan kenapa mereka menyelempangkan pistol di pinggang mereka. Namun karena pada saat itu aku masih kecil, aku langsung bertanya kepada kakakku

“ka, kenapa paman membawa banyak pengawal dan semuanya menyelempangkan pistol di pinggang mereka?” tanyaku polos

Kakakku terkaget dan langsung melihat kearah pengawal teman ayah dan ternyata apa yang adiknya lihat memang benar, padahal adiknya ini hanya melihat wajah para pengawal itu. Ketika kami pergi bertemu ayah di taman belakang…

“ayah, subaru melihat teman ayah yang sepertinya ingin membunuh ayah. Apa yang harus kami lakukan?” Tanya kakakku disertai dengan anggukanku. Ayah sedikit berfikir

“begini saja, ayah dan ibu akan menyambut mereka. Mungkin dia ingin sekedar bertamu. Kalian berada dikamar belakang saja ya? Disana kan ada pintu keluar yang hanya kita yang tahu” katanya disertai dengan senyuman khasnya. Kami mengangguk dan langsung menuju kamar belakang.

“hei kawan, apa kabar? Sudah lama tidak bertamu kesini hahaha” ku mendengar ayah menyambut dia
Aku mengintip dari celah pintu yang tidak benar-benar kututup dan mimpi burukku dimulai
Paman itu tersenyum ketika ayahku menyambutnya. Mereka sedang bercakap-cakap diruang tamu dan tiba-tiba

Duar… suara tembakan dari pistol yang dipegang paman itu berhasil menembak kepala ibuku. Dan seketika ayah langsung menyergap paman namun sayang sekali para pengawal paman langsung memegang kedua tangan ayahku. Paman mengatakan sesuatu kepada ayah yang membuatnya marah besar dan menyumpah serapah paman tersebut namun dibalas dengan senyuman oleh paman. Lalu paman menodongkan pistolnya kearah ayahku dengan tatapan bengis sedangkan ayahku balik menatapnya dengan tatapan marah, lalu seketika terdengar suara tembakan dari pistol itu. Ya, ayahku ditempak tepat dikepala oleh keparat itu. Kakak yang menyaksikan ayah dibunuh berusaha untuk menahan air matanya dan menarikku menuju pintu keluar yang berada dibelakang kamar itu. Aku yang melihatnya secara jelas langsung menangis dan memanggil ibu dan ayahku terus menerus sambil berharap bahwa itu hanya mimpi. 

Kami berdua terus berlari pergi menjauh menuju jantung kota. Kami berlindung dibalik gang antargedung dimana banyak tempat sampah yang mampu menampung badan kami berdua didalamnya, namun kami ketahuan oleh satu komplotan pengawal paman itu.  Kakakku menahan mereka dan bilang kepadaku untuk kabur terlebih dahulu, ketika aku sudah berlari tidak terlalu jauh dari kakakku, kakakku bertarung melawan sekelompok pengawal tersebut. Namun karena aku terlalu takut, aku hanya bisa bersembunyi dibalik tempat sampah besar tidak jauh dari kakakku yang sedang bertaruh nyawa melawan pengawal. Kakakku jatuh terjerembab karena dikeroyok oleh para pengawal itu, ketika aku ingin menolongnya...

“jangan mendekat Subaru!!!” bentak kakakku ketika dia melihatku mendekatinya sedangkan para pengawal akan menghabisinya
 “pergilah dan jangan pernah melihat kebelakang!!! Aku mengandalkanmu kawan dan aku sayang kepadamu” katanya yang diakhiri dengan senyuman di wajahnya.

Akupun dengan langkah mantap berlari menjauhi kakakku namun tiba-tiba… DUARRR!!

Aku berbalik dan melihat kakakku menutupi bayangan badanku dengan badannya agar aku tidak tertembak. Dan satu-satunya keluarga yang kupunya pun sudah wafat…

Aku tidak bisa menahan amarahku. Meskipun kata kakakku aku harus kabur tapi aku harus melawan mereka. Aku tidak ingin jasad semua orang yang kusayangi berada dalam genggaman mereka…
“hahahaah, sekarang tingal kau sendiri. Sekarang pilih mau kau kami jadikan tawanan atau kau mati ditempat” kata ketua dari sekelompok pengawal itu

 Aku terdiam dan merogoh kantung celanaku dan menemukan pisau lipat pemberian ayahku dulu. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengeluarkan pisau lipat tersebut dari sakuku dan menerjang mereka. Aku tidak akan kalah dari para pembunuh keji itu…

14 menit kemudian…

Sekumpulan pecundang itu sudah mati ditanganku tanpa ada yang kubiarkan hidup. Sekarang badanku sudah berlumuran darah karena darah mereka muncrat hingga mengotori wajah dan bajuku. Aku ingin menutupi semua identitasku sebagai anak bungsu dari keluarga Eigetsu ini. Aku harus membawa kakaku sebelum teman mereka menangkapku. Setelah berjalan cukup jauh sambil mengangkut berat kakakku yang lebih besar dibanding berat badanku sendiri dan ditemani hujan yang deras, aku sangat capek sekali dan aku mengantuk…

Normal POV

Malam itu hujan sangat deras. Subaru terjatuh dan pingsan dekat dengan gerbang suatu panti asuhan, salah satu suster panti asuhan melihatnya ketika dia sedang menyeruput teh hangat yang dia buat untuk dirinya sendiri. Karena dia sendiri yang berada di panti asuhan itu dan para suster sudah pulang serta beberap anak sudah tertidur, dia dengan cepat mengambil payung dan memapah suabru dan kakaknya yang sudah wafat. Dia menaruh Subaru di lantai karpet depan panti asuhan dan mengecek bahwa kakaknya sudah meninggal. Setelah mengetahui bahwa kakaknya sudah wafat, sang suster menguburnya di taman yang ditinggalkan karena banyak semak-semak dan sengaja untuk kuburan hewan peliharaan yang mati. Sang suster awalnya bingung harus dikubur dimana karena hanya kuburan untuk hewan saja, karena itu dia  menguburnya disana.

3 hari kemudian…

Subaru terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada disuatu kamar yang cukup luas dan cukup untuk 2 anak. Ketika dia ingin bergerak, pintu kamar terbuka dan masuklah sang suster dan salah satu anak kecil yang manis dan berumur sama dengan subaru.
 “hai, kamu sudah baikan?” Subaru mengangguk dengan raut wajah bingung. Siapa dia? Pikirnya
 “haaii” sapa anak kecil itu dengan ceria dan disambut dengan wajah bingung
“kamu pasti bingung ya dimana kamu sekarang. Kamu sekarang ada di panti asuhan” kata anak kecil itu dengan senyuman diakhir katanya
“panti asuhan?” Tanya Subaru
“iya sayang. Oh iya nama kamu siapa?” Tanya sang suster sambil duduk ditepi kasur Subaru
“namaku Subaru. Eigetsu Subaru” katanya dan diakhiri dengan raut wajah sedih
“ada apa? Kamu sedih karena apa?” kata sang suster. Raut wajah si anak kecil berubah menjadi khawatir
“keluargaku… keluargaku sudah meninggal semua. Paman yang membunuh mereka semua… aku harus mengganti identitasku. Aku mohon tolong saya” kata Subaru dengan tatapan sedih yang tersirat di wajahnya
“baiklah. Apa yang nggak sih buat kamu sayang? Benar kan?” kata sang suster dan diakhiri dengan senyuman lembut
“ya, agar kamu bisa tenang menjalani hidupmu heheehe” kata si anak kecil dan membuat tatapan Subaru menjadi senang
“makasih ya…” kata Subaru yang berhenti sejenak
“panggil aku suster saja” kata sang suster
“oh iya bagaimana kalau namamu diganti menjadi akira? Itu lebih keren dan pas untukmu” kata si anak kecil
“suster juga setuju. Namanya seperti menggambarkan masa depan yang cerah” kata sang suster

Tiba-tiba Subaru tersenyum..

“kau suka?” kata si anak kecil itu dan disambut dengan anggukan oleh akira (Subaru)
“waaahh.. aku bersyukur kamu suka. Mulai hari ini nama kamu akira” kata si anak kecil tersenyum lega

Sang suster tersenyum melihat akira yang senang, namun dia tidak mengetahui bahwa akira (Subaru) masih sedih. Ya, dia sangat ahli dalam menutupi kesedihannya sendiri.
Aku sudah mendapatkan keluarga baru. Aku harus bisa melindungi mereka. Aku tidak ingin kehilangan keluargaku untuk yang kedua kalinya pikir akira sekarang
“akira? Kenapa? Ada hal yang aneh?” kata sang suster melihat akira yang menutup mata cukup lama
“eh? Tidak ada sus. Aku terlalu senang bahwa aku punya keluarga baru lagi” kata akira diakhiri dengan senyuman oleh akira
“hmm…” deheman panjang si anak kecil yang memandang curiga kepada akira
“beneran ehm..” kata akira yang terhenti lagi
“Kamu bisa panggil aku maimai” kata maimai sambil tersenyum
“maimai ya…” kata akira yang tersenyum melihat maimai
“kenapa? Kamu baru melihat orang kayak aku” kata maimai
“iya, sedikit aneh hehehe” kata akira yang diakhiri oleh tawanya
“huuh, aku nggak aneh tau” kata maimai cemberut
“heheh iyaiya maimai. Nggak aneh kok tapi lucu” pernyataan akira itu membuat maimai tersipu malu
“sudah-sudah. Oh iya akira, kakakmu sudah suster kubur disebelah. Kamu mau berziarah kesana?" Kata sang suster dan dijawab dengan anggukan oleh akira

Disamping bangunan panti asuhan ada papan nisan yang tidak dinamai
“ini…” kata akira yang menahan tangisnya dan dijawab oleh sang suster dengan anggukan seolah-olah tau apa yang ingin ditanyakan oleh akira
Dan pecahlah tangis akira untuk kedua kalinya pada hari itu. Maimai menepuk pelan punggung akira agar dia merasa baikan. Setelah beberapa menit dia tenang, mereka bertiga berdoa agar arwah kakak akira tenang. Setelah sang suster dan maimai selesai berdoa, akira sedikit berbisik aku akan membalaskan dendam kalian, ayah, ibu, kakak
Sekembalinya mereka bertiga kedalam panti, maimai bertanya soal keluarga akira yang lama
“kau ingin tahu mengenai keluargaku? Kayaknya angan deh. Nanti kamu malah minder bertemen sama aku” kata akira sedikit menahan untuk berbicara mengenai keluarga lamanya
“nggak papa kok. Sepertinya keluarga kamu sangat menyayangimu. Berbedan denganku..” kata maimai yang seketika itu juga mukanya langsung menjadi sedih
“ada apa?” Tanya akira bingung
Maimai tetap diam, lalu sang suster menjelaskan bahwa orang tua maimai sudah meninggal ketika maimai berumur 1 tahun karena kecelakaan. Akira yang mendengar hal itu langsung memeluk maimai yang masih diam dan menahan tetesan air matanya. Sesaat kemudia maimai mlai menangis dipelukan akira yang masih memeluknya dan mengusap punggung maimai agar dia tenang.

 -Flashback end-

Akira dan maimai menjadi sahabat setelah kejadian itu. Mereka selalu satu sekolah karena umur mereka yang sama dan memang mereka sangat dekat. Di sekolah, akira selalu menjaga maimai dan maimai juga melindungi akira. Mereka salng melindungi.
Ketika mereka mulai menginjak masa sekolah menengah pertama, maimai diadopsi oleh keluarga yoake. Pada saat maimai akan diadopsi
“maimai” kata akira memanggil maimai dan menghampirinya
“ada apa akira?” Tanya maimai
“kau jadi pergi?” pertanyaan itulah yang keluar dari mulut akira yang berumur 12 tahun
“iya, tapi tenang aja. Aku bakal mengontakmu kok, jadi jangan khawatir ya akira” kata maimai sambil menepuk pelan kepala akira
“meskipun kita akan berpisah dengan jarak yang jauh, kita tetap sahabat kan?” Tanya akira sambil mengangkat jari kelingkingnya
“un *mengangguk. Selamanya bersahabat” kata maimai yang mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking akira

Mereka berdua kemudia berpelukan. Lalu maimai dan keluarga barunya berjalan menuju mobil ayah angkat maimai, yoake michiru. Yoake michiru juga memanggil akira
“akira” katanya
“iya, saya. Ada apa?” kata akira yang menoleh kepada beliau
akira ini berteman sangat baik dengan mai-chan ya?” tanya tuan michiru kepada akira. Ada apa dia menanyakan hal itu? Dia pengambil kebahagiaanku bersama maimai pikirnya
“iya, sejak saya dimasukkan kedalam panti asuhan ini, teman saya hanya maimai. Dia juga yang mengenalkan saya kepada teman-temannya disekolah” jawab akira
Mereka berdua terus berbincang sementara suster dan maimai membereskan barang-barang di kamar maimai dibantu oleh sang ibu. Hingga michiru memanggil sang ibu
“sayang, kesini sebentar” panggil beliau kepada wanita yang merupakan istrinya
“ada apa sayang?” jawab sang ibu
“aku berfikir untuk membiayai sekolah akira juga, bagaimana menurutmu?” tanya michiru
“ide bagus. Aku yakin akira dan suster akan senang mendengarnya” kata sang ibu
Akira yang saat itu mendengar pembicaraan mereka berdua kebingungan karena yang dimaksud dengan membiayai itu. Apa membiayai itu adalah memberikan uang sogokan agar aku tetap diam pikirnya karena akira sejak kecil sudah tahu soal perdagangan anak tapi dia menampik pemikiran itu dan tetap berfikir positif
“suster, kami ingin membiayai panti ini, apakah boleh?” tanya sang ibu kepada suster yang membuat suster kaget
“benarkah? Tapi di panti ini hanya akira seorang. Apakah anda benar-benar yakin?” tanya suster sedikit terkejut
“ya, sekaligus membiayai akira belajar hingga lulus dari perkuliahan nanti. Aku jamin itu” kata michiru
“sekaligus mengangkat akira sebagai anak kami, setidaknya mai-chan ada pelindungnya ketika dia ingin berkuiah di luar negeri nanti” lanjut michiru yang membuat akira terkejut. Aku? Melindungi maimai dari jauh? Huwaaa... senang sekali aku pikir akira
“tentu saja boleh. Aku sangat senang mendengarnya. Hanya saja bisa kita buat ini sebagai rahasia kita saja? biar maimai tidak bergantung kepada akira terus” kata sang suster yang memunculkan idenya
“tentu saja. kami akan merahasiakannya” jawab sang ibu
Huwaa... seperti agen rahasia saja, aku melindungi maimai dari kejauhan. Aku sangat senang. Semoga saja adiknya maimai tidak merepotkannya dan juga semoga aku bisa kuat menghadapi hidup ini doanya dalam hati

Flashback End

Akira POV
Yaa... mungkin hanya aku saja yang tahu apa yang terjadi. Dan sang malam selalu menemaniku hingga aku seperti ini sekarang. Aku tidak tahu harus bagaimana, meskipun aku tinggal memantapkan diriku untuk membalaskan dendamku pada paman itu.

.
.
.
.
To Be Continued


ya, cuman segini dulu. kemungkinan untuk chapter dua masih belum tau kapan bisa dipublishnya dengan pasti tapi bakalan di publish kok hehehe. cukup sekian dari gue, kalo ada kritik atau saran bisa langsung comment dibawah ini. terima kasih :)

Comments

Popular Posts